Beberapa judul puisi saya yang nyantol di Koran Minggu Pagi Jogjakarta pada 13 Juli 2014.
Daun Hati
Tuhan menurunkanmu ke bumi
dengan secawuk air iman yang Ia hujankan pada usia azali,
dan selembar daun hati yang kaumangkukkan
demi mewadahi air-air bagianmu
tapi entahlah
seperti apa rupa daun hatimu;
daun mangkuk kah, atau
daun talas yang sajadah?
Tuban, 15 Mei 2014
Air Iman 1
engkau wadahi air iman dalam hatimu yang talas
lalu membawanya lari dari kanal zaman ke kanal zaman
yang baharu
angin-angin peradaban
menerpa-menampar kekhusukan air
merisau-resahkan pipih talas hati
bergoncang dan terus saja bergoncang
sampai gonjang
sampai ganjing
sampai airmu tumpah
sampai tinggal butir terakhir untuk membasahi dodot iro
seharusnya,
engkau tak mewadahi air itu
dengan hati yang talas
Tuban, 15 Mei 2014
Air Iman 2
angin peradaban akan selalu merisau
lewat kesepoian-kesepoiannya yang segar
untuk menghabisi air yang kaukantongi
dalam talas hatimu
Tuban, 15 Mei 2014
Air Iman 3
airmu yang jatuh dari daun hati, terburai
campur dalam keruh air kubangan
bersegolongan dengan kekeruhan,
adalah berjihad bersama virus dan bakteri
lalu menebarkan penyakit
mengundang bala dan bencana
yang tentu akan dihisap dan diserap
oleh akar-akar pohon anak cucumu
Tuban, 15 Mei 2014
Air Iman 4
tapi, airmu yang tinggal sedikit itu
yang kaukantongi-kaujaga dalam talas hati
akan tetap jernih bersih
angin peradaban ada risau juga ada jedanya
airmu bisa tumpah, pula bisa kau tambah
maka selalulah tengadah
pada langit yang senantiasa membagikan hujan
membagikan air-air baru untuk daun-daun yang dahaga
Tuban, 15 Mei 2014
Daun Hati
Tuhan menurunkanmu ke bumi
dengan secawuk air iman yang Ia hujankan pada usia azali,
dan selembar daun hati yang kaumangkukkan
demi mewadahi air-air bagianmu
tapi entahlah
seperti apa rupa daun hatimu;
daun mangkuk kah, atau
daun talas yang sajadah?
Tuban, 15 Mei 2014
Air Iman 1
engkau wadahi air iman dalam hatimu yang talas
lalu membawanya lari dari kanal zaman ke kanal zaman
yang baharu
angin-angin peradaban
menerpa-menampar kekhusukan air
merisau-resahkan pipih talas hati
bergoncang dan terus saja bergoncang
sampai gonjang
sampai ganjing
sampai airmu tumpah
sampai tinggal butir terakhir untuk membasahi dodot iro
seharusnya,
engkau tak mewadahi air itu
dengan hati yang talas
Tuban, 15 Mei 2014
Air Iman 2
angin peradaban akan selalu merisau
lewat kesepoian-kesepoiannya yang segar
untuk menghabisi air yang kaukantongi
dalam talas hatimu
Tuban, 15 Mei 2014
Air Iman 3
airmu yang jatuh dari daun hati, terburai
campur dalam keruh air kubangan
bersegolongan dengan kekeruhan,
adalah berjihad bersama virus dan bakteri
lalu menebarkan penyakit
mengundang bala dan bencana
yang tentu akan dihisap dan diserap
oleh akar-akar pohon anak cucumu
Tuban, 15 Mei 2014
Air Iman 4
tapi, airmu yang tinggal sedikit itu
yang kaukantongi-kaujaga dalam talas hati
akan tetap jernih bersih
angin peradaban ada risau juga ada jedanya
airmu bisa tumpah, pula bisa kau tambah
maka selalulah tengadah
pada langit yang senantiasa membagikan hujan
membagikan air-air baru untuk daun-daun yang dahaga
Tuban, 15 Mei 2014
Comments
Post a Comment