Puisi Solo Pos, 08 Maret 2015

Memahsyarkan Dada


Pengantar: 
Seorang guru barangkali memang memiliki derajat lebih tinggi dari derajat ibu ataupun lebih tinggi dari mahkota raja. Tapi cinta memang selalu harus ada batasnya! Dan batasan itulah yang harus kita sadari maupun kita buat sendiri.Puisi-puisi ini adalah tentang kisah cinta, kesetiaan, kepatuhan, kerelaan dan dedikasi seorang murid kepada gurunya. Namun guru hanyalah manusia. Hanya manusia. Ia juga memiliki nafsu yang mengancam setiap meditasi malamnya, nafsu selalu mengoyak ketenangan wirid dan kharisma setiap sabda-sabdanya. Barangkali, sebagai upaya penyadaran diri bagi murid-murid, sesuai ajaran Ta'limul Muta'allim, "seorang murid memiliki kewenangan untuk memilih guru yang akan membimbing dirinya."

Ada tujuh judul puisi yang saya kirimkan ke redaksi Solo Pos, namun hanya tiga judul ini yang ditayangkan. Cukup disayangkan, karena ketujuh judul itu saling sambung-anyam.
Selamat membaca.


Lukisan Durna

aku melukis wajahmu pada dinding-dinding batu
mengalirkan keringat pemahatku menata rupa jasad
lalu semua mengarca
'hiduplah Durnaku!'
'hiduplah Durnaku!'
'hiduplah!'

merisau persemadian biru; aku melihat sonarmu berkobar-kobar
jatuh bergulung-gulung merupa pulung
lintang kemukus runtuh jatuh pada daun dewadaru
mewadaki zamrud bercahaya nyala
menempel kekal pada kemahaan ibu jari kanan

hari-hari beralusi menjadi jeruji dalam tubuhku
matahari terbit-terbenam bagai melata
tapi senyummu masih purba,
kaku pada setugu batu sesujudanku

Tuban, 12 Mei 2014


Durna Mewahyu

siapakah lelaki batu yang kausembahyangi itu,
tidakkah aku lebih jernih dan nyata
tidakkah aku, sosok yang kau beri sesaji puji, dan
kauwisnukan sebagai wiridmu
'Kemarilah, Palgu. Kuwadahi segala sesaji pujimu.'

Tuban, 12 Mei 2014


Memahsyarkan Dada

telah kumahsyarkan dada ini, kanda prabuku
segala hasratku usah tanggal
sebagai tetambal lubang-lubang tubuhmu, dan
kebiri ibu jarimu oleh resi palsu

telah kumahsyar-mahsyarkan dada ini, kasihku
tapi merah darah di tubuhmu
menciutkan kembali kemahsyaran dadaku
yang putih

Tuban, 12 Mei 2014

Comments